TUGAS UTS PENDIDIKAN KAMPUS BERTAUHID
BAB I
PENDAHULUAN
Proses belajar mengajar merupakan inti dari
kegiatan pendidikan di sekolah, agar tujuan pendidikan dan pengajaran berjalan dengan
benar. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau
hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar.
Interaksi dalam peristiwa belajar mengajar mempunyai arti luas, tidak sekedar hubungan antara guru dan siswa, berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar Upaya
tersebut diarahkan kepada kualitas pembelajaran sebagai sebuah proses yang diharapkan dapat
menghasilkan kualitas hasil belajar siswa Strategi pembelajaran adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
- Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud
dengan strategi belajar mengajar?
2) Apa saja macam-macam
strategi team teaching ?
3) Apa yang dimaksud
pembelajaran kooperatif?
4) Apa yang dimaksud
pembelajaran STAD (Student teams
achivement division)?
5) Apa pengertian dari
hasil belajar ?
c).
Tujuan Masalah
1) Agar dapat
mengetahui pengertian strategi belajar
mengajar
2) Agar dapat
mengetahui apa saja macam-macam strategi
team teaching
3) Agar dapat mengetahui Apa yang dimaksud pembelajaran kooperatif
4) Agar dapat
mengetahui Apa yang dimaksud
pembelajaran STAD (Student teams
achivement division)
5) Agar dapat
mengetahui Apa pengertian dari hasil
belajar
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Strategi Belajar Mengajar
Secara
umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk
bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Sehubungkan
dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum
kegiatan guru anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk
mencapai tujuan yang telah digariskan. Menurut Mansyur dan Syaiful Bahri, ada
empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi hal-hal berikut:
a) Mengidentifikasi
serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan
kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.
b)
Memilih sistem
pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup
masyarakat.
c) Memilih
dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang
dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru
dalam menunaikan kegiatan mengajarnya.[1]
d)
Menetapkan norma-norma
dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan
sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil
kegiatan belajar mengajar.
1. Pertama,
spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku
yang bagaimana diinginkan sebagai hasil belajar mengajar yang dilakukan itu.
Sasaran yang dituju harus jelas dan terarah. Oleh karena itu, tujuan pengajaran
yang dirumuskan harus jelas dan konkret, sehingga mudah dipahami oleh anak
didik.
2. Kedua,
memilih cara pendekatan belajar mengajar yang
dianggap paling tepat dan efektif untuk mencapai sasaran.bagaimana cara guru
memandang suatu persoalan,konsep, pengertian, dan teori apa yang guru gunakan
dalam memecahkan suatu kasus, akan mempengaruhi hasilnya.
3. Ketiga,
memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik
belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif. Metode atau teknik
penyajian untuk memotivasi anak didik agar mampu menerapkan pengetahuan dan pengalamannya
untuk memecahkan masalah, berbeda dengan cara atau metode supaya anak didik
terdorong dan mampu berpikir bebas dan cukup keberanian untuk mengemukakan
pendapatnya sendiri.
4. Keempat,
menerapkan norma-norma atau kriteria keberhasilan
sehingga guru mempunyai pegangan yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai
sampai sejauh mana keberhasilan tugas-tugas yang telah dilakukannya[2].
Faktor-faktor kondisional yang
mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut:
1. Faktor
kegiatan, penggunaan dan ulangan: Siswa yang belajar melakukan banyak kegiatan
baik kegiatan neural system, seperti melihat, mendengar, merasakan, berpikir,
kegiatan motoris.
2. Faktor
asosiasi, faktor asosiasi manfaatnya besar , karena semua pengalaman belajar
antara yang lama dengan yang baru, secara berurutan diasosiasikan, sehingga
menjadi 1 kesatuan pengalaman.
3. Faktor kesiapan belajar. Faktor kesiapan ini
erat hubungannya dengan masalah kematangan, minat kebutuhan, dan tugas-tugas
perkembangan.
4. Faktor minat dan usaha. Belajar dengan minat
akan mendorong siswa belajar lebih baik daripada belajar tanpa minat. Namun,
minat tanpa adanya usaha yang baik maka belajar juga sulit untuk berhasil. Faktor fisiologis. Kondisi badan siswa yang
belajar sangat berpengaruh dalam proses belajar. Karena itu faktor fisiologis
sangat menentukan berhasil atau tidaknya murid yang belajar.
5. Faktor
intelegensi. Murid yang cerdas akan lebih berhasil dalam kegiatan belajar, karena
ia lebih mudah menangkap dan memahami pelajaran.
B.
Strategi Team Teaching
Pada
era sekarang ini, kurikulum pendidikan di Indonesia sudah makin berkembang.
Telah banyak tuntutan-tuntutan yang ditujukan kepada guru. Saat ini, guru
dituntut untuk lebih inovatif dan kreatif dalam menentukan/ memilih metode
pembelajaran yang digunakan, yang tentunya harus disesuaikan dengan materi
pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa. Jika melihat beberapa masalah
yang terjadi dalam dunia pendidikan, dalam hal ini pihak sekolah dan guru-guru
dituntut daya kreatifitasnya dalam memilih strategi yang tepat agar segala
tuntutan yang ditujukan terhadap guru khususnya itu dapat terpenuhi dengan maksimal.
Tampaknya
strategi team teaching merupakan cara tepat. Team teaching merupakan
strategi pembelajaran yang kegiatan pembelajarannya dilakukan oleh satu orang
guru atau lebih dengan pembagian peran dan tanggung jawabnya masing-masing. Menurut
Harley dalam buku Ahmad Sudrajat salah satu strategi mengajar yang digunakan
oleh guru adalah team teaching. Berikut definisi tentang team teaching:
“team teaching is best defined as that form of instruction in which several
teachers work together in planning, presenting, and evaluating the learning
experiences of their pupils” Dari penjelasan di atas, team teaching merupakan
bentuk pembelajaran dimana beberapa guru bekerja sama dalam merencanakan,
mempresentasikan,
dan mengevaluasi
pengalaman belajar siswa. Menurut Adrian team teaching adalah suatu strategi
mengajar dimana pendidiknya lebih dari satu orang yang masing-masing
mempunyai tugas, salah seorang pendidik ditunjuk sebagai koordinator.
Jenis
– jenis strategi team teaching, di antaranya adalah :
1.
Semi team teaching
a) Tipe
1 : Sejumlah guru mengajar pelajaran yang sama di kelas yang berbeda,
perencanaan materi dan metode disepakati bersama.
b) Tipe
2a : satu mata pelajaran disajikan oleh sejumlah guru secara bergantian dengan
pembagian tugas, materi dan evaluasi oleh masingmasing guru.
c) Tipe
2b : satu mata pelajaran disajikan oleh sejumlah guru dengan mendesain siswa
secara berkelompok.
1. Team
teaching penuh
a) Tipe
3 : satu tim terdiri dari dua orang guru atau lebih, waktu kelas sama, pembelajaran
mata pelajaran atau materi tertentu. Perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
secara bersama dan sepakat.
Dari jenis-jenis
team teaching di atas, maka peneliti menggunakan team teaching full tipe
3, di mana dalam satu kelas terdiri dari satu orang guru atau lebih sehingga
memudahkan siswa dalam pembelajaran di kelas.[5]
Tahapan
Pembelajaran dengan Strategi Team Teaching:
1.
Tahap Awal
a. Perencanaan
Pembelajaran disusun secara bersama Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
harus disusun bersamasama oleh guru yang tergabung dalam team teaching.
Agar setiap guru yang tergabung dalam team teaching memahami tentang
apa-apa yang tercantum dalam isi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
tersebut, mulai dari standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang harus
diraih oleh siswa dari proses pembelajaran, sampai kepada sistem penilaian
hasil evaluasi siswa.
b. Metode Pembelajaran disusun Bersama
Selain Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang harus disusun bersama oleh team,
metode yang akan digunakan oleh mereka dalam proses pembelajaran team
teaching pun harus direncanakan bersama-sama oleh anggota team teaching.
Perencanaan metode secara bersama ini dilakukan agar setiap guru team
teaching mengetahui alur proses pembelajaran dan tidak kehilangan arah
pembelajaran.
c. Partner
Team Teaching Memahami Materi dan Isi Pembelajaran Guru sebagai partner
dalam team teaching bukan hanya harus mengetahui tema dari materi
yang akan disampaikan kepada siswa saja, lebih jauh dari itu, mereka juga harus
sama-sama mengetahui dan memahami isi dari materi pelajaran tersebut. Hal ini
agar keduanya bisa saling melengkapi kekurangan pengetahuan yang ada di dalam
diri masing-masing. Terutama ini dapat dirasakan manfaatnya dalam penyampaian
materi pada siswa dan menjawab pertanyaan-pertanyaan siswa atas penjelasan
guru.
d. Pembagian
Peran dan Tanggung Jawab Secara Jelas Dalam team teaching, pembagian
peran dan tanggung jawab masing-masing guru harus dibicarakan secara jelas
ketika merencanakan proses pembelajaran yang akan dilaksanakan, agar ketika
proses pembelajaran berlangsung di dalam kelas, mereka tahu peran dan tugasnya masing-masing.
Tidak ada lagi yang namanya ketidakjelasan peran dan tanggung jawab dalam hal
ini.
2.
Tahap Inti
Satu guru
sebagai pemateri dalam dua jam mata pelajaran penuh, dan satu orang sebagai pengawas
dan pembantu team. Dua orang guru bergantian sebagai pemateri dalam dua jam pelajaran,
dalam hal ini berarti tugas sebagai pemateri dibagi dua dalam dua jam pelajaran
yang ada.
3.
Tahap Evaluasi
a. Evaluasi
Guru Evaluasi guru selama proses pembelajaran dilakukan oleh partner team
setelah jam pelajaran berakhir. Evaluasi dilakukan oleh masingmasing partner
dengan cara memberi kritikan-kritikan dan saran yang membangun untuk perbaikan
proses pembelajaran selanjutnya. Dalam hal ini setiap guru yang diberi saran
harus menerima dengan baik saran-saran tersebut, karena hakekatnya itulah
kelebihan dari team teaching. Setiap guru harus merasa bahwa mereka
banyak mengalami kekurangan dalam diri mereka, tidak merasa diri paling benar
dan paling pintar. Evaluasi ini dilakukan di luar ruang kelas, ini dilakukan
untuk menjaga image masingmasing guru dihadapan siswa
b. Evaluasi
Siswa Evaluasi siswa dalam hal ini mencakup pembuatan soal evaluasi dan
merencanakan metode evaluasi, yang semuanya dilakukan secara bersama-sama oleh
guru team teaching. Atas kesepakatan bersama guru harus membuat
soal-soal evaluasi yang akan diberikan kepada siswa, disini guru team
teaching harus secara bersama-sama menentukan bentuk soal evaluasi, baik
lisan ataupun tulisan, baik pilihan ganda, uraian, atau kombinasi antara
keduanya. Satu hal yang tak kalah pentingnya adalah dalam evaluasi siswa, guru juga
diharuskan merencanakan metode evaluasi. Perencanaan metode evaluasi siswa ini
di dalamnya mencakup pembagian peran dan tanggung jawab setiap guru team teaching
dalam pelaksanaan evaluasi, serta pembagian pos-pos pengawasan. Kelebihan
dan kelemahan team teaching bagi guru dan siswa menurut Karin goetz (2000)
adalah sebagai berikut:[6]
1) Kelebihan
Team Teaching
a. Kelebihan
Team Teaching bagi Guru
ü memberikan
lingkungan yang mendukung bagi para guru untuk berpartisipasi dalam suatu pembelajaran.
Mengingat selama ini guru hanya fokus dengan tugasnya sendiri, dengan team
teaching guru mempunyai banyak kesempatan untuk bekerja sama dalam
mengelola pembelajaran.
ü memberikan
pengetahuan tentang perkembangan pembelajaran terbaru. Dengan team teaching para
guru dapat saling mengembangkan pengetahuan terbaru mereka terhadap suatu pembelajaran
dengan saling bekerja sama.
ü membantu
mengatasi masalaah akademik yang terjadi dalam suatu pembelajaran.
ü memberi kesempatan guru untuk mengembangkan
kemampuan intelektualnya.
b. Kelebihan
Team Teaching bagi Siswa Team teaching adalah strategi pembelajaran
yang melibatkan lebih dari satu guru mengajar di kelas. Para guru saling
bekerja sama demi tercapainya suatu pembelajaran sehingga salah satu guru belum
bisa memahamkan materi kepada siswa maka guru yang lain berkewajiban untuk
memahamkan materi kepada siswa. Dengan demikian team teaching dapat
meningkatkan pemahaman siswa dalam mempelajari suatu
materi dan dapat memotivasi siswa
untuk menyampaikan pendapat karena kerjasama antar guru di kelas tidak pernah
dijumpai bila dikelas di ajar oleh satu guru.
c. Kelemahan
Team Teaching
Kelemahan
Team Teaching bagi Guru Kendala pada waktu pelaksanaan pembelajaran bagi
para guru adalah masalah waktu. Karena pada setiap tahap perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi harus didiskusikan terlebih dahulu. Dalam mendiskusikan
tahap-tahap tersebut membutuhkan waktu yang lebih agar program yang
direncanakan berhasil dengan baik dan membutuhkan waktu paling banyak adalah
mendiskusikan tahap perencanaan , karena tahap ini penentu keberhasilan. Untuk
tahap ini guru harus mengetahui segala sesuatu yang dibutuhkan dalam kegiatan belajar
mengajar agar pelaksanaan team teaching berjalan dengan baik.
d. Kelemahan
Team Teaching bagi Siswa
Potensi yang
dimiliki setiap guru berbeda-beda maka memungkinkan adanya perbedaan pendapat
antar guru dalam menjelaskan suatu materi kepada siswa. Untuk meminilasisasi kelemahan
team teaching bagi guru maka dalam setiap mendiskusikan tahap, khususnya
dalam tahap perencanaan para guru harus memanfaatkan waktu diskusi ini dengan
sebaik-baiknya.
Sedangkan untuk
meminimalisasi kelemahan bagi para siswa maka sebaiknya guru tidak berdebat di
dalam kelas jika terdapat perbedaan pendapat terhadap suatu materi yang disampaikan,
tetapi harus saling bekerja sama untuk menyamakan konsep yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran. Sehingga siswa tidak mengalami kebingungan dalam memilih materi siapa yang benar.
c).
Strategi Pembelajaran
Kooperatif (cooperative learning)
1. Pengertian
Bentuk strategi pembelajaran yang lain adalah adalah strategi pembelajaran
kooperatif (cooperative learning). Strategi pembelajaran kooperatif
akhir-akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan para ahli pendidikan untuk digunakan.
Slavin mengemukakan dua alasan, Pertama, beberapa hasil penelitian
membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial,
menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri. Kedua, pembelajaran kooperatif
dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan
masalah, mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan. Dari dua alasan
tersebut, maka pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat
memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan.[7]
Strategi
pembelajaran kooperatif (cooperative learning) mempunyai dua komponen
utama, yaitu komponen tugas (cooperative task) dan komponen struktur
insentif kooperatif (cooperative insentive structure). Tugas kooperatif
berkaitan dengan hal yang menyebabkan anggota bekerja sama dalam menyelesaikan
tugas kelompok, sedangkan struktur insentif koopeeratif merupakan sesuatu yang
membangkitkan motivasi individu untuk bekerja sama mencapai tujuan kelompok.
Struktur insentif dianggap sebagai keunikan dari pembelajaran kooperatif,
karena melalui struktur insentif setiap anggota kelompok bekerja keras untuk
belajar, mendorong, dan memotivasi anggota lain menguasai materi pelajaran,
sehingga mencapai tujuan kelompok. Jadi, hal yang menarik dari strategi
pembelajaran kooperatif adalah adanya harapan selain memiliki dampak
pembelajaran, yaitu berupa peningkatan prestasi belajar peserta didik (student
achievement) juga mempunyai dampak pengiring seperti relasi sosial,
penerimaan terhadap peserta didik yang dianggap lemah, harga diri, norma
akademik, penghargaan terhadap waktu, dan suka memberi pertolongan pada orang
lain. Strategi pembelajaran kooperatif ini bisa digunakan manakala:
a. Guru
menekankan pentingnya usaha kolektif disamping usaha individual
dalam belajar[8].
b. Jika
guru menghendaki seluruh siswa (bukan hanya siswa yang pintar saja) untuk
memperoleh keberhasilan dalam belajar.
c. Jika
guru ingin menanamkan, bahwa siswa dapat belajar dari teman lainnya, dan
belajar dari bantuan orang lain.
d. Jika
guru menghendaki untuk mengembangkan kemampuan komunikasi siswa sebagai bagian
dari isi kurikulum.
e. Jika
guru menghendaki meningkatnya motivasi siswa dan menambah tingkat partisipasi
mereka.
f. Jika
guru menghendaki berkembangnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan
menemukan berbagai solusi pemecahan.
ü Karakteristik
dan Langkah-Langkah Strategi Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning)
a.
Karakteristik Strategi Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) Pembelajaran
kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran lainnya. Perbedaan tersebut
dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan kepada proses
kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan
akademik dalam pengertian penguasaan bahan pelajaran, tetapi juga adanya unsur
kerja sama untuk[9]
penguasaan
materi tersebut. Adanya kerja sama inilah yang menjadi ciri khas dari
pembelajaran kooperatif. Slavin, Abrani, dan Chambers berpendapat bahwa belajar
melalui kooperatif dapat dijelaskan melalui berbagai perspektif, yaitu
perspektif motivasi, perspektif sosial, perspektif perkembangan kognitif,
perspektif elaborasi kognitif. Perspektif motivasi artinya penghargaan
yang diberikan kepada kelompok memungkinksan setiap anggota kelompok akan
saling membantu. Perspektif sosial artinya bahwa melalui kooperatif
setiap siswa akan saling membantu dalam belajar karena mereka menginginkan
semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan. Perspektif perkembangan
kognitif artinya bahwa dengan adanya interaksi antar anggota kelompok dan
mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengolah berbagai informasi. Elaborasi
kognitif, artinya bahwa setiap siswa akan berusaha untuk memahami dan
menimba informasi untuk menambah pengetahuan kognitifnya. Dengan demikian, karakteristik
strategi pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
1) Pembelajaran Secara Tim
Pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai
tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Semua
anggota tim (anggota kelompok) harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Setiap anggota kelompok bersifat heterogen. Artinya,kelompok terdiri atas
anggota yang memiliki kemampuan akademik, jenis kelamin, dan latar belakang
sosial yang berbeda.
2.
Didasarkan pada
Managemen Kooperatif
Sebagaimana
pada umumnya, manajemen mempunyai empat fungsi pokok, yaitu fungsi perencanaan,
fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan, dan fungsi kontrol. Demikian juga dalam
pembelajaran kooperatif. Fungsi perencanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif
memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan secara
efektif, misalnya tujuan apa yang harus dicapai, bagaimana cara mencapainya,
apa yang harus digunakan untuk mencapai tujuan itu dan lain sebagainya.
o Fungsi
pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif harus dilaksanakan sesuai
dengan perencanaan, melalui langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan
termasuk ketentuan-ketentuan yang sudah disepakati bersama. Fungsi organisasi menunjukkan
bahwa pembelajaran kooperatif adalah pekerjaan bersama antar setiap anggota
kelompok, oleh sebab itu perlu diatur tugas dan tanggung jawab kelompok.
o Fungsi
kontrol menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu di tentukan kriteria
keberhasilan baik melalui tes maupun non tes.
o Kemampuan
untuk Bekerja Sama Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan
secara kelompok. Oleh sebab itu, prinsip bekerja sama perlu ditekankan dalam
proses pembelajaran kooperatif.
o Ketrampilan
Bekerja Sama
Kemampuan untuk
bekerja sama itu kemudian dipraktikkan melalui aktivitas dan kegiatan yang
tergambarkan dalam ketrampilan bekerja sama. Dengan demikian, siswa perlu
didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi, sehingga setiap
siswa dapat menyampaikan ide, mengemukakan pendapat, dan memberikan kontribusi
kepada keberhasilan kelompok.
a.
Langkah-langkah
Strategi Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning)
Prosedur pembelajaran kooperatif
pada prinsipnya terdiri atas empat tahap yaitu :
1)
Penjelasan Materi
Tahap penjelasan
diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa
belajar dalam kelompok. Tujuan utama dalam tahap ini adalah pemahaman siswa
terhadap pokok materi pelajaran. Pada tahap ini guru memberikan gambaran umum
tentang materi pelajaran yang harus dikuasai yang selanjutnya. siswa akan
memperdalam materi dalam pembelajaran kelompok (team). Pada tahap ini
guru dapat menggunakan metode ceramah, dan[10]
Tanya jawab, guru juga dapat
menggunakan berbagai media pembelajaran agar proses penyampaian dapat menarik
siswa.
2)
Belajar dalam Kelompok
Setelah guru
menjelaskan gambaran umum tentang pokok-pokok materi pelajaran, selanjutnya siswa
diminta untuk belajar pada kelompoknya masing-masing yang telah dibentuk
sebelumnya. Pengelompokan dalam strategi pembelajaran kooperatif bersifat heterogen,
artinya kelompok dibentuk berdasarkan perbedaan setiap anggotanya, baik
perbedaan gender, latar belakang agama sosialekonomi dan etnik serta perbedaan
kemampuan akademis. Dalam hal ini kemampuan akademis, kelompok pembelajaran
biasanya terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan
berkemampuan sedang, dan satu lainnya dari kelompok berkemampuan kurang (Anita
Lie). Selanjutnya, Lie menjelaskan beberapa alasan lebih disukainya
pengelompokan heterogen. Pertama, kelompok heterogen memberikan kesempatan
untuk saling mengajar (peer tutoring) dan saling mendukung. Kedua, kelompok
ini meningkatkan relasi dan interaksi antara ras, agama, etnik, dan gender. Terakhir,
kelompok heterogen memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang
yang berkemampuan akademis tinggi, guru mendapatkan satu asisten untuk setiap
tiga orang. Dalam pembelajaran team siswa didorong untuk melakukan
tukar-menukar (sharing) informasi dan pendapat, mendiskusikan
permasalahan secara bersama, membandingkan jawaban mereka dan mengoreksi
hal-hal yang kurang tepat.
3)
Penilaian
Penilaian dalam
strategi pembelajaran kelompok bisa dilakukan dengan tes atau kuis. Tes atau
kuis dilakukan baik secara individual maupun secara kelompok. Tes individual
nantinya akan memberikan informasi kemampuan setiap siswa, dan tes kelompok
akan memberikan informasi kemampuan setiap kelompok. Hasi akhir setiap siswa
adalah penggabungan keduanya dan akan dibagi dua. Nilai setiap kelompok
memiliki nilai sama dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompoknya
merupakan hasil kerja sama setiap anggota kelompok.
4) Pengakuan Tim
(team recognicition)
Pengakuan tim (team
recognition) adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling
berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah. Pengakuaan dan
pemberian penghargaan tersebut diharapkan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi
dan juga membangkitkan motivasi tim lain untuk lebih mampu meningkatkan prestasi
mereka.[11]
3. Keunggulan dan Kelemahan
Strategi Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning)
a. Keunggulan
Strategi Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) Keunggulan
pembelajaran kooperatif sebagai suatu strategi pembelajaran di
antaranya:
1) Dalam
strategi pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru,
akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, menemukan
informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
2) Strategi
pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan idea atau
gagasan dengan kata-kata secaraverbal dan
membandingkannnya
dengan ide-ide orang lain.
3) Strategi
pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk aspek pada orang lain dan
menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
4) Strategi
pembelajaran kooperatif dapat membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih
bertanggung jawab dalam belajar.
5) Strategi
pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi yang cukup ampuh untuk
meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan sosial, termasuk mengembangkan
rasa harga diri, hubungan interpersonal yang positif dengan yang lain,
mengembangkan ketrampilan me-manage waktu, daan sikap positif terhadap
sekolah.
6) Melalui Strategi
pembelajaran kooperatif dapat mengembangkankemampuan siswa untuk menguji ide
dan pemahamannya sendiri menerima umpan balik. Siswa dapat berpraaktik
memecahkan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat
adalah tanggung jawab kelompoknya.
7) Strategi pembelajaran kooperatif
dapat meningkatkan kemampuan
siswa
menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata (real).
8) Interaksi
selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi dan memberikan
rangsangan untuk berpikir.
b. Kelemahan
Strategi Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning)
Di samping
keunggulan, Strategi pembelajaran kooperatif juga memiliki keterbatasan, di
antaranya adalah sebagai berikut:
1) Ciri utama
dari strategi pembelajaran kooperatif adalah siswa saling membelajarkan. Oleh
karena itu, jika tanpa peer teaching yang efektif, maka di bandingkan
dengan pengajaran langsung dari guru, bisa terjadi cara belajar yang demikian
apa yang seharusnya dipelajari dan dipahami tidak pernah dicapai oleh siswa.
2) Penilaian
pada Strategi pembelajaran kooperatif didasarkan kepadahasil kerja kelompok.
Namun demikian, guru perlu menyadari, bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang
diharapkan adalah prestasi setiap individu siswa.
3) Keberhasilan
strategi pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok
memerlukan periode waktu yang cukup panjang, dan, hal ini tidak mungkin dapat
tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-sekali penerapan strategi ini.
4) Walaupun
kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat penting untuk siswa,
akan tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya didasarkan kepada
kemampuan secara individual.
D.
STAD ( student teams achievement division)
STAD
merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif
yang paling sederhana, dan merupakan strategi yang paling baik untuk permulaan bagi
para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. Ciri- ciri pembelajaran STAD, yaitu
terbagi dalam kelompokkelompok kecil, tiap kelompok terdiri 4-5 orang anggota
yang heterogen dan belajar dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. mengarahkan
siswa untuk bergabung kedalam kelompok
b. membuat
kelompok heterogen (4-5 orang)
c.
mendiskusikan LKS secara kolaboratif
d.
mempresentasikan hasil kerja kelompok sehingga terjadi diskusi kelas
e. mengadakan
kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok
f.
mengumumkan rekor tim dan individual
g.
memberikan penghargaan.
STAD
terdiri atas lima komponen utama yaitu presentasi
kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, rekognisi tim.
1. Presentasi
Kelas
Materi
dalam STAD pertama- tama diperkenalkan dalam presentasi dikelas. Ini
merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi
pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi
audiovisual. Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa
presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit STAD. Dengan
cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar member
perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat
membantu mereka mengerjakan kuis-kuis, skor kuis mereka menentukan skor tim
mereka.
2. Tim
Tim
terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kinerja
akademik, jenis kelamin, ras, dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah
memastikan bahwa semua anggota tim benarbenar belajar, dan lebih khususnya
lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan
baik. Tim adalah fitur yang paling penting dalam STAD. Pada tiap
poinnya, yang ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik
untuk tim, dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap
anggotanya.
3. Kuis
Setelah
sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar
satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis individual.
Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis.
Sehingga, tiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami
materinya.
4. Skor Kemajuan
Individual
Gagasan
dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada tiap siswa
tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan
memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Tiap siswa diberikan
skor “awal”, yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa tersebut sebelumnya
dalam mengerjakan kuis yang sama. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin
untuk tim mereka
berdasarkan tingkat kenaikan skor
kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka.
5. Rekognisi tim
Tim akan
mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata
mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga digunakan untuk
menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka.
E.
Hasil belajar
Hasil belajar
adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yaitu “hasil” dan “belajar”.
Hasil berarti sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan,dsb) oleh usaha. Belajar
adalah usaha memperoleh kepandaian atau ilmu.38 Menurut Syaiful hasil belajar
adalah sesuatu yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan
dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas siswa.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi hasil belajar dijelaskan Hamalik
sebagai
berikut:
1. Faktor intern
yaitu faktor yang bersumber dalam diri siswa sendiri yang bersifat biologis.
Adapun factor intern yaitu:
a.
Kecerdasan/ intelegensi
b.
Bakat
c.
Motivasi
2. Faktor
ekstern yaitu faktor yang mempengaruhi hasil belajar yang sifatnya dari luar
diri siswa, yaitu meliputi:
a. Latar
belakang keluarga : banyak faktor yang bersumber dari keluarga yang dapat
menimbulkan perbedaan individual. Perbedaan ini sangat berpengaruh terhadap
perilaku dan perbuatan belajar di sekolah.
b. Faktor
sekolah : termasuk lingkungan sekolah adalah perilaku dari pribadi
guru, perilaku
teman sekolah, dan kurikulum sistem instruksional yang diterapkan pada
anak-anak tersebut.
c. Faktor
lingkungan masyarakat : kebanyakan siswa yang berasal dari masyarakat yang
rata-rata berpendidikan tinggi, mempunyai kemauan belajar tinggi, sehingga
hasil mereka baik[14].
Tes
hasil belajar dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1)
Tes lisan
2)
Tes tertulis
3)
Tes tindakan /perbuatan
Alat penilaian hasil
belajar dalam penilaian ini adalah berupa tes tertulis dalam bentuk soal-soal
uraian (essay test). Seperti dijelaskan Masidjo, bahwa dalam tes
tertulis dapat digunakan beberapa bentuk butir soal, yaitu:
a)
Tes bentuk uraian (essay test)
b) Tes objektif (objectif
test) yang terdiri atas butir soal benar salah(truefalse),pilihan
ganda (multiple choice), dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara
umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk
bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Faktor-faktor
kondisional yang mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut: 1. Faktor kegiatan, penggunaan dan ulangan:
Siswa yang belajar melakukan banyak kegiatan baik kegiatan neural system,
seperti melihat, mendengar, merasakan, berpikir, kegiatan motoris.
2. Faktor asosiasi, faktor asosiasi manfaatnya
besar , karena semua pengalaman belajar antara yang lama dengan yang baru,
secara berurutan diasosiasikan, sehingga menjadi 1 kesatuan pengalaman.
3. Faktor kesiapan belajar. Faktor kesiapan ini
erat hubungannya dengan masalah kematangan, minat kebutuhan, dan tugas-tugas
perkembangan.
4. Faktor minat dan usaha. Belajar dengan minat
akan mendorong siswa belajar lebih baik daripada belajar tanpa minat. Namun, minat
tanpa adanya usaha yang baik maka belajar juga sulit untuk berhasil. Faktor fisiologis. Kondisi badan siswa yang
belajar sangat berpengaruh dalam proses belajar. Karena itu faktor fisiologis
sangat menentukan berhasil atau tidaknya murid yang belajar.
5. Faktor intelegensi. Murid yang cerdas akan
lebih berhasil dalam kegiatan belajar, karena ia lebih mudah menangkap dan
memahami pelajaran.
Jenis
– jenis strategi team teaching, di antaranya adalah :
1. Semi team teaching
a) Tipe 1 : Sejumlah guru mengajar pelajaran
yang sama di kelas yang berbeda, perencanaan materi dan metode disepakati
bersama.
b) Tipe 2a : satu mata pelajaran disajikan oleh
sejumlah guru secara bergantian dengan pembagian tugas, materi dan evaluasi
oleh masingmasing guru.
c) Tipe 2b : satu mata pelajaran disajikan oleh
sejumlah guru dengan mendesain siswa secara berkelompok.
1. Team teaching penuh
a) Tipe 3 : satu tim terdiri dari dua orang guru
atau lebih, waktu kelas sama, pembelajaran mata pelajaran atau materi tertentu.
Perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi secara bersama dan sepakat. Dari
jenis-jenis team teaching di atas, maka peneliti menggunakan team teaching full
tipe 3, di mana dalam satu kelas terdiri dari satu orang guru atau lebih
sehingga memudahkan siswa dalam pembelajaran di kelas.
b. Saran
Kita
sebagai calon pendidik harus pintar mengatur strategi pembelajaran di kelas
nanti ,agar murid dapat memahami pembelajaran dengan mudah.
DAFTAR PUSTAKA
Fathurrohman
pupuh,M. Sobry Sutikno,2007. Strategi
Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami,
Jakarta: PT. Refika Aditama.
Syaiful Bahri Djamarah, Dkk, Strategi Belajar Mengajar,Jakarta:
PT. Rineka Cipta.
Oemar Hamalik,
2004. Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT.Bumi Aksara.
Harley,Barry,1973. Synthesis Of Teaching Method,Sydney : The
Griffin Pres.
Adrian,2004.Metode Mengajar Berdasarkan Tipologi Belajar Siswa.
Jurnal Pendidikan. Http://Akhmadsudrajat.Wordpress.Com/2008/07/28/Team-Teaching.
Karin
Goetz,2000.Http://Www.Ucalgary.Ca.Egallery
Wina
Sanjaya,2009. Kurikulum Dan Pembelajaran
Teori Dan Praktikpengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta:
Kencana.
Wina
Sanjaya,2009.Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Jakarta:Kencana
Suyanto,2009. Menjelajah
Pembelajaran Kooperatif dan Inovatif, (IKAPI: Masmedia BuanaPustaka.
Oemar
Hamalik,2001.Psikologi Belajar &
Mengajar, Bandung: PT. Bumi Aksara.
Konsep
Umum & Konsep Islami, (Jakarta: PT. Refika
Aditama, 2007), h.3
4Syaiful
Bahri Djamarah, Dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta,2006), Cet. Ke-3, h.6-8.
1Adrian.
2004. Metode Mengajar Berdasarkan Tipologi Belajar Siswa. Jurnal
Pendidikan.
Http://Akhmadsudrajat.Wordpress.Com/2008/07/28/Team-Teaching/
Tingkat
Satuan Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2009), Cet.
Ke-2, h.309
Tingkat
Satuan Pendidikan... Cet. Ke-2, h. 312-313
1Wina
Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan ...
Cet. Ke- 1, H. 247-249
1Robert E. Slavin, Cooperative
Learning Teori, Riset Dan Praktik…Cet. Ke-8, h.143
Pustaka,
2009), h. 52-53
Komentar
Posting Komentar